Salam hangat. Kali ini saya akan
membahas tentang salah satu materi ke-HRD-an dalam ranah training&
development, yaitu morning breafing.
Morning breafing
adalah kegiatan komunikasi secara tatap muka antara dua orang atau lebih yang
dilakukan di pagi hari sebelum melakukan aktifitas kerja, dengan tujuan untuk
mengupgrade komitmen bersama dalam mencapai tujuan perusahaan. Kegiatan morning
briefing dapat menjadi salah satu jembatan dalam membina keakraban, kekompakan,
budaya kedisiplinan bahkan budaya berbagi pengetahuan. Kegiatannya dilakukan
oleh pemimpin dalam bentuk antara lain pemberian arahan atau panduan kerja
kepada tim, pemberian motivasi, evaluasi kerja, dan sebagainya. Briefing ini
sebaiknya dilakukan secara singkat dan jelas dalam waktu sekitar 10 sampai 15
menit saja.
Penyelenggaraan
morning breafing dalam sebuah perusahaan pada dasarnya memiliki peranan yang
penting untuk meningkatkan produktivitas suatu perusahaan. Sayangnya, banyak
pemimpin yang belum memiliki kesadaran untuk menerapkan kegiatan ini kepada
timnya. Untuk meningkatkan efektifitas kepemimpinan, morning breafing perlu
dilakukan sebelum memulai kerja sehari-hari. Salah satu tanggung jawab utama
pemimpin adalah “memengaruhi” timnya sedemikian rupa sehingga mampu bekerja
dengan baik, bersemangat tinggi, dan produktif. Caranya bukan dengan “memerintah dan mengontrol” saja,
melainkan dengan memengaruhi “pola pikir” timnya.
Beberapa unit kerja yang belum memiliki
kebiasaan morning breafing akan berupaya keras dalam menyatukan anggota
organisasi untuk berkumpul. Bagaimana memulai ritual ini dan bagaimana agar
ritual ini senantiasa berkembang dan menjadi sebuah ritual yang ditunggu-tunggu
dapat disimak dalam artikel ini.
Mula-mula unit kerja berinisiatif
melakukan acara do'a bersama. Masing-masing pegawai diminta untuk memimpin doa
sebelum bekerja. Kemudian pegawai diminta bergantian mendoakan karyawan maupun
sanak saudara karyawan yang sakit/ tertimpa musibah. Doa bersama ini kemudian
menjadi ritual yang mulai membumi, dan dilaksanakan oleh pegawai. Di beberapa
pertemuan berikutnya, selesai berdo'a pimpinan mulai memberikan arahan dan
masukan kepada pegawai untuk perbaikan diri sendiri dan perbaikan bersama
(kinerja unit kerja).
Pegawai di sisi lain mulai memiliki
keberanian mengutarakan permasalahan yang dialami di lapangan. Pegawai lain
tanpa diminta mulai menimpali dan memberikan masukan kepada pegawai yang
tertimpa masalah tsb. Efek berantai ini kemudian semakin berkembang.
Masing-masing pegawai tidak ragu memberikan bantuan, sehingga soliditas tim
mulai terbentuk dan terus dipupuk oleh pimpinan. Pimpinan kemudian mulai
mengevaluasi kinerja pegawai, begitu komitmen pencapaian diikrarkan. Seiring
dengan terjadinya evaluasi, pimpinan tidak hanya membandingkan kinerja
sebelumnya dengan kinerja berjalan namun juga membuka pegawai untuk mengusulkan
strategi agar komitmen pencapaian tercapai. Pegawai pun secara langsung maupun
tidak langsung terpacu untuk menjadi lebih baik dari hari ini. Hari demi hari,
arahan serta motivasi terus dipompa oleh pimpinan, di sisi lain pimpinan tidak
ragu terjun langsung di lapangan untuk membantu dan sekaligus mengajarkan
hal-hal baru yang belum diperoleh ataupun belum terpikirkan oleh pegawai.
Akhirnya ritual pagi ini telah
berkembang dari kegiatan "Doa Pagi", "Doa Bersama" kemudian
"ajang Curhat" menjadi lebih produktif lagi menjadi ritual
"berbagi pengetahuan". Lalu bertransformasi lagi menjadi "ajang
evaluasi kinerja". Contoh ritual pagi ini merupakan sarana untuk
menghidupkan ritual budaya kerja.
Bagaimana agar ritual ini menjadi hal
yang ditunggu-tunggu? Kuncinya adalah konsistensi. Kemudian pimpinan dalam
menjalankan ritual dapat menambah dengan pemberian punishment/ hukuman yang
mendidik untuk meningkatkan konsistensi tersebut, sehingga siapapun yang
terlewat ataupun melanggar aturan yang telah disepakati bersama menempuh
konsekuensi yang telah disepakati. Hasilnya tidak hanya menimpa oknum yang
bersangkutan namun sebagai pengingat bagi seluruh jajaran unit kerja.
Bagaikan hidup dalam sebuah rumah tangga,
seorang Ibu/ Ayah tidak akan ragu menanyakan bagaimana perkembangan anak-anak
mereka, apa yang mereka alami atau rasakan di hari itu, dan apa yang harus
mereka lakukan agar hal tsb tidak terulang kembali. Tidak ada tujuan lain
selain menjadi lebih baik dari hari sebelumnya. Demikan pula morning briefing
ini.
Pada akhirnya, morning breafing akan
meningkatkan self involvement
karyawan di lingkungan kerja. Dengan adanya self involvement, karyawan akan
merasa dihargai sehingga akan memicu produktivitas mereka. Tunggu artikel
selanjutnya tentang “self involvement”.
Sumber :