Selasa, 17 November 2015

MORNING BREAFING






        Salam hangat. Kali ini saya akan membahas tentang salah satu materi ke-HRD-an dalam ranah training& development, yaitu morning breafing.
Morning breafing adalah kegiatan komunikasi secara tatap muka antara dua orang atau lebih yang dilakukan di pagi hari sebelum melakukan aktifitas kerja, dengan tujuan untuk mengupgrade komitmen bersama dalam mencapai tujuan perusahaan. Kegiatan morning briefing dapat menjadi salah satu jembatan dalam membina keakraban, kekompakan, budaya kedisiplinan bahkan budaya berbagi pengetahuan. Kegiatannya dilakukan oleh pemimpin dalam bentuk antara lain pemberian arahan atau panduan kerja kepada tim, pemberian motivasi, evaluasi kerja, dan sebagainya. Briefing ini sebaiknya dilakukan secara singkat dan jelas dalam waktu sekitar 10 sampai 15 menit saja.  
            Penyelenggaraan morning breafing dalam sebuah perusahaan pada dasarnya memiliki peranan yang penting untuk meningkatkan produktivitas suatu perusahaan. Sayangnya, banyak pemimpin yang belum memiliki kesadaran untuk menerapkan kegiatan ini kepada timnya. Untuk meningkatkan efektifitas kepemimpinan, morning breafing perlu dilakukan sebelum memulai kerja sehari-hari. Salah satu tanggung jawab utama pemimpin adalah “memengaruhi” timnya sedemikian rupa sehingga mampu bekerja dengan baik, bersemangat tinggi, dan produktif. Caranya bukan dengan “memerintah dan mengontrol” saja, melainkan dengan memengaruhi “pola pikir” timnya.
Beberapa unit kerja yang belum memiliki kebiasaan morning breafing akan berupaya keras dalam menyatukan anggota organisasi untuk berkumpul. Bagaimana memulai ritual ini dan bagaimana agar ritual ini senantiasa berkembang dan menjadi sebuah ritual yang ditunggu-tunggu dapat disimak dalam artikel ini.
Mula-mula unit kerja berinisiatif melakukan acara do'a bersama. Masing-masing pegawai diminta untuk memimpin doa sebelum bekerja. Kemudian pegawai diminta bergantian mendoakan karyawan maupun sanak saudara karyawan yang sakit/ tertimpa musibah. Doa bersama ini kemudian menjadi ritual yang mulai membumi, dan dilaksanakan oleh pegawai. Di beberapa pertemuan berikutnya, selesai berdo'a pimpinan mulai memberikan arahan dan masukan kepada pegawai untuk perbaikan diri sendiri dan perbaikan bersama (kinerja unit kerja).
Pegawai di sisi lain mulai memiliki keberanian mengutarakan permasalahan yang dialami di lapangan. Pegawai lain tanpa diminta mulai menimpali dan memberikan masukan kepada pegawai yang tertimpa masalah tsb. Efek berantai ini kemudian semakin berkembang. Masing-masing pegawai tidak ragu memberikan bantuan, sehingga soliditas tim mulai terbentuk dan terus dipupuk oleh pimpinan. Pimpinan kemudian mulai mengevaluasi kinerja pegawai, begitu komitmen pencapaian diikrarkan. Seiring dengan terjadinya evaluasi, pimpinan tidak hanya membandingkan kinerja sebelumnya dengan kinerja berjalan namun juga membuka pegawai untuk mengusulkan strategi agar komitmen pencapaian tercapai. Pegawai pun secara langsung maupun tidak langsung terpacu untuk menjadi lebih baik dari hari ini. Hari demi hari, arahan serta motivasi terus dipompa oleh pimpinan, di sisi lain pimpinan tidak ragu terjun langsung di lapangan untuk membantu dan sekaligus mengajarkan hal-hal baru yang belum diperoleh ataupun belum terpikirkan oleh pegawai.
Akhirnya ritual pagi ini telah berkembang dari kegiatan "Doa Pagi", "Doa Bersama" kemudian "ajang Curhat" menjadi lebih produktif lagi menjadi ritual "berbagi pengetahuan". Lalu bertransformasi lagi menjadi "ajang evaluasi kinerja". Contoh ritual pagi ini merupakan sarana untuk menghidupkan ritual budaya kerja.
Bagaimana agar ritual ini menjadi hal yang ditunggu-tunggu? Kuncinya adalah konsistensi. Kemudian pimpinan dalam menjalankan ritual dapat menambah dengan pemberian punishment/ hukuman yang mendidik untuk meningkatkan konsistensi tersebut, sehingga siapapun yang terlewat ataupun melanggar aturan yang telah disepakati bersama menempuh konsekuensi yang telah disepakati. Hasilnya tidak hanya menimpa oknum yang bersangkutan namun sebagai pengingat bagi seluruh jajaran unit kerja.
Bagaikan hidup dalam sebuah rumah tangga, seorang Ibu/ Ayah tidak akan ragu menanyakan bagaimana perkembangan anak-anak mereka, apa yang mereka alami atau rasakan di hari itu, dan apa yang harus mereka lakukan agar hal tsb tidak terulang kembali. Tidak ada tujuan lain selain menjadi lebih baik dari hari sebelumnya. Demikan pula morning briefing ini.
Pada akhirnya, morning breafing akan meningkatkan self involvement karyawan di lingkungan kerja. Dengan adanya self involvement, karyawan akan merasa dihargai sehingga akan memicu produktivitas mereka. Tunggu artikel selanjutnya tentang “self involvement”.

Sumber :


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar