Media belajar dan sharing tentang berbagai materi yang telah saya pelajari dari hasil pengalaman saya sebagai HRD. Silakan memberikan komentar, baik saran maupun kritik yang membangun. Semoga blog ini bermanfaat untuk pembaca.
Rabu, 30 Desember 2015
HAPPY NEW YEAR'S EVE 2016
Salam hangat pembaca catatan-hrd.blogspot.com
Hari ini 31 Desember 2015 adalah hari terakhir kita menjejakkan nafas di 2015. Besuk kita sudah menyambut tahun baru 2016. The point is, bukan perayaan yang mewah,,,, yaah meskipun ini juga tidak dilarang sebagai media untuk refreshingm melepas penat yang telah qta lewati di tahun 2015. The most main point is REFLEKSI 12 bulan di tahun 2015 yang telah kita lewati dan MAPPING di 12 bulan ke depan di tahun 2016 yang akan kita lalui. THAT'S THE POINT. LET'S MAKE & CREATE BETTER LIFE, BETTER HOPES, BETTER DREAMS, & BETTER STEPS in 2016.
Rabu, 23 Desember 2015
Selasa, 17 November 2015
MORNING BREAFING
Salam hangat. Kali ini saya akan
membahas tentang salah satu materi ke-HRD-an dalam ranah training&
development, yaitu morning breafing.
Morning breafing
adalah kegiatan komunikasi secara tatap muka antara dua orang atau lebih yang
dilakukan di pagi hari sebelum melakukan aktifitas kerja, dengan tujuan untuk
mengupgrade komitmen bersama dalam mencapai tujuan perusahaan. Kegiatan morning
briefing dapat menjadi salah satu jembatan dalam membina keakraban, kekompakan,
budaya kedisiplinan bahkan budaya berbagi pengetahuan. Kegiatannya dilakukan
oleh pemimpin dalam bentuk antara lain pemberian arahan atau panduan kerja
kepada tim, pemberian motivasi, evaluasi kerja, dan sebagainya. Briefing ini
sebaiknya dilakukan secara singkat dan jelas dalam waktu sekitar 10 sampai 15
menit saja.
Penyelenggaraan
morning breafing dalam sebuah perusahaan pada dasarnya memiliki peranan yang
penting untuk meningkatkan produktivitas suatu perusahaan. Sayangnya, banyak
pemimpin yang belum memiliki kesadaran untuk menerapkan kegiatan ini kepada
timnya. Untuk meningkatkan efektifitas kepemimpinan, morning breafing perlu
dilakukan sebelum memulai kerja sehari-hari. Salah satu tanggung jawab utama
pemimpin adalah “memengaruhi” timnya sedemikian rupa sehingga mampu bekerja
dengan baik, bersemangat tinggi, dan produktif. Caranya bukan dengan “memerintah dan mengontrol” saja,
melainkan dengan memengaruhi “pola pikir” timnya.
Beberapa unit kerja yang belum memiliki
kebiasaan morning breafing akan berupaya keras dalam menyatukan anggota
organisasi untuk berkumpul. Bagaimana memulai ritual ini dan bagaimana agar
ritual ini senantiasa berkembang dan menjadi sebuah ritual yang ditunggu-tunggu
dapat disimak dalam artikel ini.
Mula-mula unit kerja berinisiatif
melakukan acara do'a bersama. Masing-masing pegawai diminta untuk memimpin doa
sebelum bekerja. Kemudian pegawai diminta bergantian mendoakan karyawan maupun
sanak saudara karyawan yang sakit/ tertimpa musibah. Doa bersama ini kemudian
menjadi ritual yang mulai membumi, dan dilaksanakan oleh pegawai. Di beberapa
pertemuan berikutnya, selesai berdo'a pimpinan mulai memberikan arahan dan
masukan kepada pegawai untuk perbaikan diri sendiri dan perbaikan bersama
(kinerja unit kerja).
Pegawai di sisi lain mulai memiliki
keberanian mengutarakan permasalahan yang dialami di lapangan. Pegawai lain
tanpa diminta mulai menimpali dan memberikan masukan kepada pegawai yang
tertimpa masalah tsb. Efek berantai ini kemudian semakin berkembang.
Masing-masing pegawai tidak ragu memberikan bantuan, sehingga soliditas tim
mulai terbentuk dan terus dipupuk oleh pimpinan. Pimpinan kemudian mulai
mengevaluasi kinerja pegawai, begitu komitmen pencapaian diikrarkan. Seiring
dengan terjadinya evaluasi, pimpinan tidak hanya membandingkan kinerja
sebelumnya dengan kinerja berjalan namun juga membuka pegawai untuk mengusulkan
strategi agar komitmen pencapaian tercapai. Pegawai pun secara langsung maupun
tidak langsung terpacu untuk menjadi lebih baik dari hari ini. Hari demi hari,
arahan serta motivasi terus dipompa oleh pimpinan, di sisi lain pimpinan tidak
ragu terjun langsung di lapangan untuk membantu dan sekaligus mengajarkan
hal-hal baru yang belum diperoleh ataupun belum terpikirkan oleh pegawai.
Akhirnya ritual pagi ini telah
berkembang dari kegiatan "Doa Pagi", "Doa Bersama" kemudian
"ajang Curhat" menjadi lebih produktif lagi menjadi ritual
"berbagi pengetahuan". Lalu bertransformasi lagi menjadi "ajang
evaluasi kinerja". Contoh ritual pagi ini merupakan sarana untuk
menghidupkan ritual budaya kerja.
Bagaimana agar ritual ini menjadi hal
yang ditunggu-tunggu? Kuncinya adalah konsistensi. Kemudian pimpinan dalam
menjalankan ritual dapat menambah dengan pemberian punishment/ hukuman yang
mendidik untuk meningkatkan konsistensi tersebut, sehingga siapapun yang
terlewat ataupun melanggar aturan yang telah disepakati bersama menempuh
konsekuensi yang telah disepakati. Hasilnya tidak hanya menimpa oknum yang
bersangkutan namun sebagai pengingat bagi seluruh jajaran unit kerja.
Bagaikan hidup dalam sebuah rumah tangga,
seorang Ibu/ Ayah tidak akan ragu menanyakan bagaimana perkembangan anak-anak
mereka, apa yang mereka alami atau rasakan di hari itu, dan apa yang harus
mereka lakukan agar hal tsb tidak terulang kembali. Tidak ada tujuan lain
selain menjadi lebih baik dari hari sebelumnya. Demikan pula morning briefing
ini.
Pada akhirnya, morning breafing akan
meningkatkan self involvement
karyawan di lingkungan kerja. Dengan adanya self involvement, karyawan akan
merasa dihargai sehingga akan memicu produktivitas mereka. Tunggu artikel
selanjutnya tentang “self involvement”.
Sumber :
Selasa, 27 Oktober 2015
METODE PENILAIAN 360 DERAJAT DAN BOBOT PENILAI
Salah satu metode penilaian yang cukup efektif digunakan dalam penilaian kinerja, karena kemampuannya dalam meminimalisir bias adalah metode 360 derajat. Metode ini merupakan metode penilaian yang menggabungkan hasil penilaian diri sendiri dan rekan kerja yang memiliki hubungan kerja dengan pihak yang dinilai.
Pada metode ini penilian dilakukan oleh beberapa
elemen sebagai berikut :
1. Diri sendiri /
self, yaitu masing-masing karyawan menilai dirinya sendiri
2. Rekan
sekerja / peers, yaitu rekan kerja baik dalam satu divisi maupun di
luar divisi yang memiliki hubungan kerja dengan pihak yang dinilai
3. Atasan
langsung / Penyelia /supervisor/superior, yaitu atasan langsung yang mengawasi kinerja dan
mengkoordinir pekerjaan pihak yang dinilai
4. Bawahan
/ sub-ordinates, yaitu karyawan yang berada di bawah kendali pihak
yang dinilai
5. Pelanggan
/ customers (jika diperlukan), yaitu pelanggan yang berhubungan langsung
dalamproses bisnis dengan pihak yang dinilai
6. Pemasok
/ suppliers (jika
diperlukan), yaitu pemasok yang berhubungan
langsung dalamproses bisnis dengan pihak yang dinilai
Berikut
inii adalah ilustrasi proses penilaian 360 derajat
Nilai akhir hasil penilaian adalah rata-rata
dari nilai yang diberikan oleh setiap elemen (penilai). Nilai yang diberikan
oleh setiap penilai memiliki bobot tersendiri, dimana pembobotannya dapat
menggunakan rumus pembobotan dengan metode ranking, silakan melihat rumusnya di
Rumus Pembobotan Metode Ranking
Berikut ini adalah contoh hasil pembobotan dengan rumus tersebut :
Proses penilaian dilakukan secara anonimus, yaitu dengan menyembunyikan identitas pihak-pihak penilai kepada pihak yang dinilai.
Menurut
Adryanto (2011), jika metode ini diintegrasikan dengan baik maka dapat memberikan
sumbangan besar bagi manajemen, yaitu:
1. Memperoleh
umpan balik dari berbagai sumber, yang tentu akan lebih objektif dibandingkan jika umpan baliknya
hanya berasal dari diri Anda sendiri
2. Mengurangi risiko terjadinya diskriminasi dan efek-efek pribadi dalam penilaian kinerja;
3. Mengembangkan kerja sama yang erat di kalangan
anggota tim Anda,mengingat
bahwa mereka cenderung lebih mau bertanggungjawab terhadap perilaku mereka satu
sama lain ketika mengetahui bahwa mereka harus saling menyampaikan masukan
mengenai kinerja rekan satu tim mereka itu;
4.
Memahami kebutuhan pengembangan perorangan maupun
organisasi;
5. Menyediakan
informasi yang tepat mengenai apa yang harus Anda dan anak buah Anda lakukan untuk meningkatkan
karier;
6. Meningkatkan kualitas,
keterandalan, dan kecepatan produk maupun layananyang Anda hasilkan.
Adapun sisi negatif
yang harus diwaspadai dari metode ini menurut Adryanto adalah:
1. Karena biasanya dilakukan secara anonim, karyawan yang memperoleh penilaian
tidak bisa mendapatkan penjelasan lebih lanjut mengenai apa yangmelatarbelakangi penilaian tersebut. Dalam situasi seperti ini, penerimaan terhadap hasil penilaian tentu
cenderung menurun
2. Karena dilakukan oleh para penilai yang kurang berpengalaman dan kurang terlatih, akurasi hasil penilaian ini cenderung meragukan. Apa yang terja dikemudian adalah inflasi nilai —dimana kinerja semua
orang tampak bagus atau sebaliknya deflasi nilai.
3. Karena dilakukan oleh banyak penilai, tidak jarang hasil penilaian yang diperoleh justru saling bertentangan tanpa bisa ditentukan penilaian siapa yang
sebenarnya lebih akurat
4. Berbeda dengan penilaian kinerja konvensional yang hanya membutuhkandua penilai
dan satu formulir, metode ini mempersyaratkan adanya beberapa penilai dengan sejumlah formulir. Konsekuensinya, untuk menerapkanpenilaian
360 derajat, diperlukan lebih banyak waktu (dan kertas).
Sumber :
Adryanto,
Michael, 2011, Mengenali Metode Penilaian 360 Derajat, diakses: 22Mei 2013,http://michaeladryanto.wordpress.com/2011/11/09/mengenali-metode-penilaian-360-derajat/;
= Fitrotus Sahara =
Salam Hangat, Semoga Bermanfaat
Langganan:
Postingan (Atom)